makalah pembinaan disiplin,percaya diri dan konsep
MAKALAH
PEMBINAAN DISIPLIN PERCAYA DIRI DAN KONSEP

OLEH :
KELOMPOK VII
:
1.
MUH ROCHIYAT PRADANA G 1531041059
2.
MUH SARDI SABAR 1531041057
3.
ANDI MUSTAFAAINAL 1531041055
4.
MUHAMMAD SYAFLI HASYIM 1531041062
5.
ANDI RAHMAT AMANAH 1531041067
6.
A.MUH RASUL SYAM 1531041104
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur Kehadirat Ilahhi Robbi,Karena Atas Dengan Ijinnya Akhirnya saya bisa
Menyelesaikan Makalah Yang berjudul :
“ Pembinaan disiplin,percaya diri dan konsep “.
Makalah ini saya Buat Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi Psikologi Olahraga
Tak Lupa Saya ucapkan terimakasih Yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Makalahi ini,Sehingga Alhamdulilah makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
“ Pembinaan disiplin,percaya diri dan konsep “.
Makalah ini saya Buat Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi Psikologi Olahraga
Tak Lupa Saya ucapkan terimakasih Yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Makalahi ini,Sehingga Alhamdulilah makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Saya sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,Untuk itu Kritik dan saran
untuk para pembaca sekalian diharapkan
dapat membangun sehingga bisa menyempurnakan makalah saya ini.
Akhir kata
Saya ucapkan Terima kasih,dan semoga Makalah ini Dapat memberikan informasi dan
dapat berguna untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan bagi Kita Semua.
WASALAM.
Makassar,28 Oktober 2017
penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..........................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................
1
B.
Landasan Teori ...................................................................................... 2
C.
Rumusan Masalah..................................................................................
3
D.
Batasan Masalah.....................................................................................
3
E.
Tujuan.....................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Disiplin..................................................................................
4
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin......................................... 6
C.
Jenis-jenis
Pola Penanaman Disiplin.....................................................
9
D.
Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas...............................................
15
E.
Upaya Menegakan Disiplin...................................................................
16
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan..............................................................................................
18
B.
Saran........................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyataan
yang terjadi pada saat ini di lapangan, anak selalu kurang disiplin dan kurang
memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, tidak membuat pekerjaan rumah, mencoret coret
bangku, tidak biasa antre, pada saat upacara bendera tidak tertib, tidak
berpakian dengan rapi, sering datang terlambat, menyerahkan tugas tidak tepat
waktu, di dalam kelas selalu mengganggu teman, sering berkelahi, kurang hormat
pada guru. Hal hal ini merupakan dasar dalam pembentukan watak dan kepribadian
siswa. Kalau kebiasan ini tidak menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan
pendidikan nasional akan sulit terwujud.
Berbagai
faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan sikap disiplin, diantaranya
lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya
dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang
otoriter, keluarga yang home broken, pengaruh pergaulan dilingkungan sekitar
anak , adanya perkembangan media
elektronik, kurang demokratisnya pendekatan dari orang tua maupun guru
yang ada di sekolah.
Dengan
memberikan sanksi berjenjang di sekolah pada siswa diharapkan dapat merubah
sikap dari kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab menjadi anak yang
berdisiplin dan bertanggung jawab.
1
2
B.
Landasan Teori
Menurut The Liang Gie (1972) dalam Ali Imron,
pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada
dengan rasa senang hati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
disiplin dapat diartikan sebagai
: 1. Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); 2. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb); 3. Bidang studi yg memiliki objek,
sistem, dan metode tertentu. Secara
ilmiah, disiplin adalah cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang
pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi sasaran
studi, cabang ilmu. Secara nasional
disiplin adalah kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan
perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap
ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Disiplin adalah kesadaran untuk
melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari
siapapun
Menurut Hadisubrata (1988: 58-62)
Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif,
dan disiplin demokratis.
3
C. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari disiplin?
2.
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi disiplin?
3.
Bagaimanakah pola penanaman disiplin?
4.
Apakah teknik yang digunakan dalam membina disiplin kelas?
5.
Bagaimana upaya dalam menegakkan disiplin kelas?
D. Batasan Masalah
Mencakup pembahasan yang begitu luas, maka
penulis membatasi masalah pengertian dari disiplin, faktor-faktor yang
mempengaruhi disiplin, pola penanaman disiplin, teknik yang digunakan dalam
membina disiplin kelas,dan upaya dalam menegakkan disiplin kelas.
E. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari disiplin
2.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
3.
Mengetahui pola penanaman disiplin
4.
Mengetahui teknik yang digunakan dalam membina disiplin kelas
5.
Mengetahui upaya dalam menegakkan disiplin kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa Inggris
discipline yang berarti “training to act in accordance with rules,” melatih
seseorang untuk bertindak sesuai aturan (Roswitha, 2009).
Disiplin adalah kesadaran untuk
melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari
siapapun. Menurut The Liang Gie (1972)
dalam Ali Imron, pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Sedangkan menurut
Good’s (1959) dalam Dictionary of
Education mengartikan disiplin sebagai berikut.
- Proses atau hasil pengarahan atau pengendalikan keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yangt lebih efektif.
- Mencari tindakan terpilih denga ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan
- Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.
4. Pengekangan
dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan.
4
5
Disiplin kelas dapat diartikan
sebagai suatu keadaan tertib di mana guru dan murid-murid mematuhi peraturan
kelas sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-masing secara efektif
dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
disiplin dapat diartikan sebagai
: 1. Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); 2. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb); 3. Bidang studi yg memiliki objek,
sistem, dan metode tertentu. Secara
ilmiah, disiplin adalah cara pendekatan yang mengikuti ketentuan yang
pasti dan konsisten untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi sasaran
studi, cabang ilmu. Secara nasional
disiplin adalah kondisi yang merupakan perwujudan sikap mental dan
perilaku suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap
ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Dengan disiplin dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengatur perilaku anak dalam mencapai tujuan pendidikan, karena ada
perilaku yang harus dicegah atau dilarang, dan sebaliknya, harus dilakukan.
Pembentukan disiplin pada saat sekarang bukan sekedar menjadikan anak agar
patuh dan taat pada aturan dan tata tertib tanpa alasan sehingga mau menerima
begitu saja, melainkan sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (self
discipline). Artinya ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan
karena paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena kesadaran dari
dirinya.
6
Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah
paksaan, bukanlah ketaatan pada otoritas gurunya untuk menuruti aturan.
Disiplin adalah suatu sikap batin, bukan kepatuhan otomatis. Siswa pun
bertanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang
tidak tegang, ada kebebasan tapi ada pula kerelaan mematuhi peraturan dan tata
tertib sekolah.
Dengan demikian suatu kelas
dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar berlangsung dalam keadaan tertib
dan teratur, baik pada waktu sebelum mengajar dimulai, sedang berlangsung,
maupun setelah pelajaran selesai.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu
aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak
lain atau suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur
dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung
maupun tidak langsung.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Sebagai makhluk sosial, manusia
dituntut untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat sebagai patokan atau pedoman bagi benar atau salahnya
perbuatan tindakan manusia dalam masyarakat, untuk dapat melaksanakannya
diperlukan unsur-unsur pola perilaku yang mendasarinya.
7
Seseorang yang melakukan perilaku
disiplin didorong oleh motif untuk melakukan hal tersebut. Motif dapat
diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Berawal dari kata
motif maka tumbuhlah kata motivasi yang diartikan sebagai daya penggerak
menjadi aktif. Motivasi untuk melakukan sesuatu itu terbagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya berikut
penjelasan kedua motivasi tersebut.
- Motivasi Intrinsik
Yang
dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
keberfungsiannya tidak perlu dirangsang dari luar karena adanya dorongan dari
dalam diri sendiri dengan tujuan untuk membentuk disiplin diri sendiri dalam
belajar sehingga membawa dampak pada prestasi belajarnya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan keberfungsiannya karena adanya
rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dalam menanamkan disiplin sangat
penting karena kemungkinan besar siswa yang sedang pada remaja selalu ingin
bebas tanpa aturan dan pada akhirnya memungkinkan untuk berperilaku menyimpang.
Faktor ekstrinsik dapat terbagi menjadi :
8
a.
Keluarga
Keluarga sebagai tempat anak belajar
bersosialisasi tentunya sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seorang
anak. Kebiasaan orang tua akan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, jika
orang tua mendidik anak secara benar maka akan membentuk kepribadian anak yang
baik, maka keluarga sangat berperan dalam membentuk tingkah laku anak. Orang
tua yang otoriter dan yang memberi kebebasan penuh akan menjadi pendorong bagi
anak untuk berperilaku agresif. Orang tua yang bersikap demokratis tidak
memberikan andil terhadap perilaku anak untuk agresif dan menjadi pendorong
terhadap perkembangan anak ke arah yang positif. Contoh dan perbuatan orang tua
dalam keluarga akan lebih besar dampaknya terhadap perkembangan anak. Orang tua
hendaklah memberi contoh dan teladan yang baik untuk anak-anaknya, karena
contoh teladan akan lebih efektif daripada kata-kata.
b.
Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai salah satu tempat
untuk mempersiapkan generasi muda menjadi manusia dewasa dan berbudaya, tentunya
akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak atau siswa. Pihak sekolah
khususnya guru harus mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru tidak
hanya menyampaikan materi ilmu pengetahuan saja melainkan juga harus melakukan
pembinaan kepribadian siswa melalui contoh dan teladan. M.I. Soelaeman (1985:
78) mengemukakan bahwa “Guru harus pandai menegakkan ketertiban, tidak melalui
kekerasan melainkan melalui kerjasama dan saling mengerti.
9
Sedangkan alat yang tersedia untuk
menegakkan ketertiban itu adalah kewibawaan yang bertopang pada saling
mempercayai dan pada kasih sayang.” Guru mempunyai peranan penting dalam
membentuk perilaku siswa. Guru harus dapat dijadikan contoh dan teladan yang
baik bagi siswanya.
c.
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat memiliki peranan penting dalam pembentukan
disiplin seseorang. Seseorang yang sudah terbiasa untuk mematuhi peraturan yang
ditetapkan dalam keluarga dan sekolah maka akan cenderung orang tersebut akan
mematuhi peraturan di lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat tentunya
memiliki aturan yang harus ditaati oleh setiap warganya, oleh karena itu
masyarakat memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan seseorang.
C.
Jenis-jenis Pola Penanaman Disiplin
Hadisubrata
mengemukakan bahwa :”Disiplin dapat dibagi menjadi tiga yaitu disiplin
otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis.” Ketiga hal tersebut
dijelaskan berikut ini:
1. Disiplin
Otoriter
Disiplin
otoritarian selalu berarti
pengendalian tingkah laku
berdasarkan tekanan,
dorongan, pemaksaan dari
luar diri seseorang.
Hukuman dan ancaman kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang
mematuhi dan mentaati peraturan. Orang
patuh dan taat
pada aturan yang
berlaku, tetapi merasa
tidak bahagia, tertekan dan
tidak aman.
10
Siswa
kelihatan baik, tetapi
dibaliknya ada
ketidakpuasan, pemberontakan dan
kegelisahan atau bisa
juga menjadi stres. Sebenarnya semua
perbuatannya hanya karena
keterpaksaan dan ketakutan menerima sangsi, bukan
berdasarkan kesadaran diri.
Mereka perlu dibantu
untuk memahami arti dan manfaat disiplin itu bagi dirinya,
agar ada kesadaran diri yang baik tentang
disiplin.Penanaman disiplin yang
cenderumg otoriter ditandai
dengan hubungan yang bersifat
otoriter, menguasai, kurang
menghargai, merasa paling
tahu dan benar, bersikap
tertutup, dan masa bodoh terhadap keragaman yang ada.
Tipe otoriter
memiliki ciri-ciri yaitu:
a. Guru menetapkan peraturan tanpa
kompromi
Dalam tipe ini
guru menujukkan perilaku
seperti mendominasi atau menguasai siswa,
menentukan dan mengatur
kelakuan siswa, merasa berkuasa dan berhak memberikan perintah, larangan, atau hukuman.
b. Guru menghukum siswa yang tidak
mentaati peraturan.Jika ada siswa
yang membuat kesalahan
atau melanggar peraturan, tanpa
meminta penjelasan terlebih
dahulu dari siswa
yang bersangkutan, guru memberikan hukuman kepadanya.
c. Guru tidak
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan pendapat atau meminta
bantuan dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.Situasi yang
seperti ini, guru
menujukkan perilaku-perilaku seperti tidak mau menerima permohonan siswa untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya terutama dalam kesulitan belajar,dan
menolak pendapat.
11
Dampak penanaman
pola disiplin otoriter
ini seperti yang
diungkapkan oleh S.D Singgih Gunarsa (1983 : 83) adalah sebagai berikut:
a)
Lemahnya daya
inisiatif dan kreatif dalam berpikir dan berperilaku.
b)
Kepribadiannya kurang
matang seperti pemalu,
mudah tersinggung, menaruh dendam,
kurang mampu mengambil
keputusan, mudah khawatir atau
cemas, kurang memiliki
kepercayaan diri, bersifat
kaku dan tidak toleran.
c)
Dalam berperilaku
atau mematuhi suatu peraturan
tidak berdisiplin atau tergantung
kontrol dari luar.
d)
Cenderung berperilaku
nakal seperti senang
bertengkar, kurang bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan
sosial
2.
Disiplin
Permisif
Disiplin permisif
merupakan protes terhadap
disiplin yang kaku dan keras.
Disiplin permisif ini
seseorang dibiarkan bertindak
menurut keinginannya, kemudian dibebaskan untuk
mengambil keputusan sendiri
dan bertindak sesuai dengan keputusan yang
diambilnya itu. Seseorang
yang berbuat sesuatu
dan ternyata membawa akibat melanggar
norma atau aturan yang berlaku,
tidak diberi sanksi atau hukuman.
Sebagai contoh kegiatan belajar mengajar yang
ditandai dengan hubungan antara guru dan siswa yang bersifat permisif ini adalah suasana berlangsung tanpa partisipasi apapun dari guru, karena
guru akan lebih berperan sebagai penonton. Suasana
belajar yang demikian
tidak akan efektif
dalam pencapaian tujuannya, sebab
kekacauan diantara siswa
akan sering lebih
muncul terjadi walaupun para
12
siswa akan
lebih berusaha mengerjakan
dan mempelajari materi- materi pelajaran,
tetapi dalam dirinya selalu timbul
kekhawatiran takut salah
dan merasa tidak
tenang. Timbul perasaan
tidak puas pada
diri sendiri yang disebabkan
antara lain karena tidak ada
pegangan atau pedoman yang pasti dalam kegiatan belajar
mengajar mereka. Guru
tidak berinteraksi ataupun
memberi saran-saran
lainnya kepada siswa sehingga siswa tidak mengetahui kesalahan atau kekurangan dirinya.
Ciri-ciri penanaman
disiplin permisif ini adalah :
a)
Guru bersikap
acuh tak acuh
terhadap kepentingan siswa misalnya
adalah guru bersikap
masa bodoh terhadap
siswa untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya,
khususnya adalah masalah
belajar; guru kurang memperhatikan
kegiatan belajar siswa, guru
kurang memperhatikan apakah siswa memahami cara-cara
belajar efektif atau tidak.
b} Pengawasan
guru bersifat longgar
yaitu orang tua
atau guru tidak menetapkan peraturan
bagi anak tetapi
membiarkannya untuk mengontrol dirinya sendiri. Dampak disiplin
ini adalah berupa kebingungan dan kebimbangan, penyebabnya karena tidak tahu
mana yang dilarang dan mana yang tidak
dilarang, atau bahkan
menjadi takut, cemas
dan dapat juga menjadi agresif
serta liar tanpa
terkendali.
Hal tersebut
sesuai dengan yang
dikemukakan oleh S.D
Gunarsa (1983 : 83) mengenai dampak penanaman disiplin
permisif atau laissez faire ini adalah:
a)
Berkembang sifat
egosentrisme yang berlebihan.
b)
Mudah
bingung atau mengalami
kesulitan, jika dihadapkan
oleh batasan-
13
batasan norma yang
berlaku dalam lingkungna sosialnya.
c)
Merasa tidak aman
seperti cenderung suka
merasa takut, cemas, dan agresif yang berlebih-lebihan.
d)
Kurang menaruh
perhatian atau kasih sayang terhadap orang lain
3. Disiplin Demokratis
Disiplin
demokratis ini dilakukan dengan
memberikan penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu
anak memahami mengapa
diharapkan mematuhi dan
mentaati peraturan yang
ada. Sanksi atau
hukuman diberikan kepada
yang menolak atau melanggar
tata tertib, tetapi
hukuman dimaksud untuk menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
Disiplin demokratik menggunakan
hukuman dan penghargaan- penghargaan dengan
penekanan yang lebih
besar pada penghargaan.
Hukuman tidak pernah keras
dan biasanya hukuman
tidak berbentuk hukuman
badan.
Hukuman hanya
dapat digunakan jika
terdapat bukti bahwa
anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka.
Disiplin ini bertujuan
untuk mengajarkan anak
untuk mengendalikan perilaku mereka
sendiri sehingga mereka
akan melakukan apa
yang benar, meskipun tidak
ada orang lain
yang menekan atau
mengancam mereka dengan hukuman bila mereka melakukan
sesuatu yang tidak dibenarkan.
Disiplin demokratis ini
berusaha mengembangkan disiplin
yang muncul dari kesadaran
diri sendiri sehingga
siswa memiliki disiplin
yang kuat dan mantap,
karena itu bagi
yang mematuhi dan
melaksanakan disiplin diberikan pujian dan
penghargaan. Siswa patuh
dan taat
14
karena didasari
kesadaran dirinya, mengikuti peraturan-peraturan bukan
karena terpaksa tapi
atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
Tipe demokratis ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Guru mengadakan
dialog dengan siswa
dalam menetapkan atau melaksanakan peraturan. Guru dalam
hal ini cenderung
menunjukkan perilaku seperti
mau bekerjasama dengan
siswa, mendiskusikan tentang
peraturan belajar yang
ditetapkan, meminta penjelasan kepada siswa jika pada suatu saat siswa
dipandang melanggar peraturan,
memberikan penjelasan mengenai
manfaat peraturan yang diberikan.
b)
Memberikan bantuan
kepada siswa yang menghadapi masalah. Hal ini guru mau
memperhatikan dan menanggapi
persoalan- persoalan yang dihadapi siswa.
c)
Guru menghargai
siswa. Guru menunjukkan perilaku
seperti memperlakukan siswa sesuai dengan
kemampuannya, memahami
kelebihan dan kekurangan
siswa, tidak mencemooh siswa
apabila suatu saat
siswa tersebut berbuat kekeliruan.
d)
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan
pendapatnya.Ciri ini
dimaksudkan bahwa guru
mau menerima pendapat
siswa dipahaminya.
Dampak penanaman
disiplin demokratis ini seperti yang diungkapkan oleh Schneiders (1960 : 236) adalah sebagai
berikut :
a)
Memiliki disiplin
diri yaitu memiliki
rasa tanggung jawab
dan kontrol diri.
15
b)
Memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dan
sosial dengan baik, dalam arti mampu berperilaku yang
sesuai dengan norma.
c)
Memiliki kemandirian
dalam berpikir dan berperilaku.
d)
Bersikap
positif terhadap kehidupan.
e)
Memiliki konsep diri (self-consept) yang tepat.
D.
Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas
Terdapat
beberapa teknik membina disiplin kelas, antara lain:
a) Teknik
keteladanan guru, yaitu guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan
perilaku yang baik kepada siswanya.
b)
Teknik bimbingan guru, yaitu diharapkan guru
senantiasa memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan
para siswanya.
c)
Teknik pengawasan bersama, yaitu dalam disiplin kelas
yang baik mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa
menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.
Dalam mewujudkan tujuan bersama tersebut, beberapa
usaha yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas adalah:
- Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
- Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
- Membina organisasi kelas secara demokratis.
16
- Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau mandiri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
- Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
- Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengettahuan dan keterampilan.
E.
Upaya Menegakan Disiplin
Upaya menegakan disiplin di dalam kelas dapat
dilakukan dengan meminta dukungan berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak
guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut selayaknya diajak bekerja sama
dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan
disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah
sebagai berikut:
1).Pihak guru
Disiplin
banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam
menciptakan suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan
atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai
kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani siswanya sekalipun ia
menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakan
tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
17
a) Guru
hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh
terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter
membuat suasan kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
b) Guru harus percaya diri bahwa ia mampu
menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan
kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa
aman dari gurunya.
c) Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak
mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa bebrjanji untuk memperbaiki
perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan
bimbingan.
d) Guru
hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau
bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa
menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang
kewibawaanya.
2).Pihak
Siswa
Peranan
siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tidak kalah pentingnya,
karena faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam
pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk
turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya. Untuk itu ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin dalam kelas, antara
lain:
18
· Siswa
hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan
suasana disiplin didalam kelas.
· Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk
mentaati aturan dan tata tertib sekolah bukan karena rasa takut atau karena merasa
terpaksa.
· Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol
atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi oleh orang lain.
· Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka
siswa harus berjanji pada dirinya sndiri untuk tidak mengulanginya.
3).Pihak Orang Tua
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin
putra-putrinya di rumah, akan sangat membantu penegakan disiplin kelas. Karena
itu ada bbebrapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut
menegakan disiplin, antara lain:
Ø Orang tua
hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra
putrinya ketika disekolah.
Ø Orang tua
hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut
serta mengawasinya.
Ø Orang tua
hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar
tata tertib atau aturan sekolah.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu
aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak
lain atau suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur
dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin yaitu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang terdiri dari
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Disiplin dapat dibagi menjadi tiga
yaitu disiplin otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis.
Teknik membina disiplin kelas,
antara lain teknik keteladanan guru, teknik bimbingan guru, dan teknik
pengawasan bersama.
Untuk
menegakkan disiplin di kelas harus ada kerja sama antar guru, pihak siswa dan
pihak orang tua.
B.
Saran
Seorang guru
harus mampu untuk mengelola kelas dengan baik agar proses belajar mengajarnya
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. Dan untuk mendukung proses pembelajaran
kedisiplinan juga perlu dilakukan oleh seorang guru. Maka seorang guru harus
mampu membuat siswanya menjadi disiplin dengan berbagai teknik ataupun cara
lainnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan
Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2002
Hamalik, Oemar. Metode Belajar
Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar Bandung: Tarsito.2005
http://kbbi.web.id/
Imron, Ali. Manajemen
Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta:
Bumi Aksara, 2012
Mas’udi, Asy. Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Yogyakarta: PT Tiga Serangkai, 2000
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 1995
Slameto. Belajar Dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.2003
Syah, Muhibbin.
Psikologi Belajar. Cetakan ke-10. Jakarta: Raja Wali. Pers. 2002.
Bagus
BalasHapus